Hobi Pakai Dress Berbelahan Dada Rendah, Intip Gaya Seksi Beyoncé!
Beyoncé yang notabene adalah seorang Diva, terkenal akan gaya berbusananya yang sangat anggun sekaligus seksi. Menghadiri berbagai acara, istri dari penyanyi rap papan atas Jay-Z ini selalu masuk dalam kategori busana terbaik. Jika diintip dari beberapa unggahan terbarunya, Beyoncé memang kerap mengandalkan dress berbelahan dada rendah! Selain membuatnya lebih seksi, Beyoncé juga punya twist pada gaya elegannya. Apakah kamu bisa menemukan kesamaan dari gaya seksinya di bawah ini? Yuk simak.
1. Mewah dengan dress malam berbahan satin dua warna, kombinasi hitam dan hijau zamrud, gaya seksi Beyoncé semakin hidup dengan pulasan bibir merah dan kalung yang statement.
2. Cukup mengenakan blazer kokoh sebagai luaran, Beyoncé memadukannya dengan rok mini senada. Aksen gelang kaki mempermanis gayanya. Namun kacamata dan tas glitter memberikan kesan attitude.
3. Berani ambil resiko, Beyoncé mengenakan dress potongan kemben yang sangat rendah. Gaya formalnya ini disempurnakan dengan kacamata hitam dan tas minaudière.
4. Walaupun tampak kasual dengan celana panjang jeans, gaya Beyoncé tetap bak Diva! Ia mencuri perhatian dengan blus putih lengan bulu, lengkap dengan kacamata (lagi!) dan tas evening berbentuk gelas cocktail.
Hobi Pakai Dress Berbelahan Dada Rendah, Intip Gaya Seksi Beyoncé!
Aku anak pertama dari lima bersaudara. Usiaku menginjak 16 tahun manakala orangtuaku harus pindah tugas dari kota K ke kota P. Alhasil waktu itu aku baru dua bulan masuk kelas 1 SMA sayang jika harus pindah, apalagi sekolahku adalah sekolah swasta yang membutuhkan biaya banyak.
Atas kebijakan orangtuaku, aku harus kos. Maka aku diantar oleh kedua orangtuaku dan keempat adik-adikku menempati kos baru. Rumah kosku sangat besar, dengan model kuno khas ukiran Jepara. Berbentuk letter L dengan halaman luas, terdapat sepasang pohon mangga. Ruang tamu yang memanjang kebelakang yang bersekat dimana terdapat empat kamar di bagian tengahnya yang berhadapan langsung dengan ruang makan. Semuanya berjumlah sepuluh kamar. Aku sendiri berada di kamar terakhir di bagian letter L-nya. Empat kamar termasuk kamarku berakses langsung keluar melalui pintu samping dengan halaman kecil di tanami pohon mangga kecil. Dipisahkan oleh tembok belakang sebuah rumah.
Teman-teman kosku waktu itu bernama Mbak Mamiek, Mbak Mur, Mas Prayitno, Mbak Srini, Indarto, Sularno dan pemilik Kos. Rumah bagian depan yang tepat membatasi kamarku memiliki dua anak perempuan, Tika kelas tiga SMP dan Sutarmi SD ke las 6.
Ukuran tubuhku biasa-biasa saja 168, berat 60 dengan tahi lalat di dagu sebelah kanan dan rahang sebelah kiri yang kata mbak Srini menarik dan sekaligus membuatku manis kata mbak Srini, padahal aku laki-laki tulen hal ini nanti aku ceritakan. Ukuran penisku juga normal, tegak lonjong keatas tanpa membengkok. Setiap pagi semenjak duduk di SD aku selalu merendam dengan teh basi selama 10 menit,tanpa diberi gula loh (entar di krubut semut, bisa berabe he.. he..), lalu pelan-pelan di kocok-kocok, diremas jangan sampe keluar mani (seringnya sih keluar, abis enak sih). Itu kata anak-anak kos sebelah rumahku dahulu, entah benar atau tidak. Manfaatnya? Itu juga aku belum tahu.
Hari-hari berlalu, aku sudah mulai terbiasa dengan lingkunganku yang baru, aku sering keluar dengan teman-temanku yang baru. Terutama mas Prayit sering meminta menemaniku untuk menemui pacarnya, sebel juga habis jadi obat nyamuk sih. Saat kami pulang sering kami berjumpa dengan Tika. Kami berhenti dan mas Prayit sering menggoda cewek itu, orangnya sih khas cewek K, radak item dibilang cantik juga enggak, manis juga enggak. Lalu apa dong, yah kayak gitu lah.
Lama kelamaan aku juga iseng-iseng ikut menggodanya. Dia pulang jam 12.45 sedangkan aku pulang jam 13.30 dan Cuma aku yang masih sekolah teman-teman kosku sudah bekerja semua, paling cepat jam 17 mereka baru pulang praktis cuman aku yang pulang awal.
“Duh, lagi santai ya TRE,” begitulah kalau aku memanggilnya.
“Baru pulang mas?”
Aku mendekat, dia hanya mengenakan celana pendek olahraganya dan berkaos tanpa lengan sedang membaca sebuah novel. Lumayan, tidak hitam-hitam amat demikian pikirku manakala ekor mataku menelusuri kakinya.
Begitulah, sering aku menggodanya dan nampaknya dia suka. Naluri laki-lakiku mengatakan kalau dia sebenarnya ada hati kepadaku. Atas dasar keisengan, aku membuat sebuah surat di atas kertas surat berwarna pink dan harum dengan ukuran tulisan agak besar. Sangat singkat, “Tika, I love u” kemudian pada malam harinya aku sisipkan di jendela kamarnya, dari luar aku dengar dia sedang bersenandung kecil menyanyikan lagu dangdut kesukaanya.
Dengan cepat kertasku tertarik masuk, hatiku terkesiap takut kalau-kalau bukan Tika yang menariknya. Tidak beberapa lama lampu dimatikan dan jendela terbuka, ah Tika melongokkan kepalanya keluar. Ketika dia melihatku dia tersenyum lalu melambai supaya aku mendekat. Kemudian aku mendekat. Ketika aku mendekat tiba-tiba
“Cuupp!”
Tika mengecup bibirku, aku terperanjat atas perlakuan itu. Belum lagi keterkejutanku hilang Tika mengulangi perbuatannya. Kali ini dengan sigap aku rengkuh pundaknya, aku lumat bibirnya. photomemek.com Gantian Tika yang terkejut, dia hanya ingin menjawab suratku dengan kecupan kilat justru aku tidak kalah cepat. Lidahku meliuk-liuk dalam mulutnya yang menganga karena terkejut, tampak sekali dia belum pernah melakukan ciuman.
“Mmmppphh…”
Lalu tubuhnya mengejang, rona wajahnya memerah desiran panas napas kami mulai memburu. Tika memejamkan matanya pelan dia mulai mengikuti lidahku yang menjelajah rongga mulutnya dan dia melenguh pelan tertahan manakala lidah-lidahku menaut lembut lidahnya. Refleks tangan kirinya merengkuh tengkukku, menarik lembut kepalaku dan tangan kirinya bertopang pada tepian daun jendela.
Dalam suasana gelap, pelan aku turunkan telapak tangan kananku dan meraih gundukan payudaran sebelah kirinya.
“Ah..!”
Tika melenguh lirih dan terkejut, menepis pelan tanganku.
“Sudah malam, besok yah?” Bisiknya lirih, memberiku satu kecupan dan menutup daun jendela. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam.
Aku kembali kekamarku, tidak kuasa menolak desakan birahi aku lepas semua pakaianku. Dengan tidur terlentang jemari telunjut dan ibu jariku menjepit erat batang kontuolku dan aku tegakkan membuat kepala kontuolku dan otot-ototnya merah membesar. Telapak tangan kiriku menggosok-gosok pelan, sementara cairan bening sudah keluar dari kepala kontuol yang memerah.
Mataku terpejam, aku pentang kedua kakiku lebar-lebar dan membayangkan Tika yang sempat aku pegang payudaranya yang kecil lembut tadi.
“Ah…!”
“Ssstt…”
Kepalaku berdenyut-denyut dan tubuhku terasa melayang tanpa terasa kocokanku semakin cepat seiring desah napasku yang mulai memburu.
“Ahhhh… hhh…!
“Croot… croott… croottt…!”
Airmaniku menyembur dengan dasyat, kali ini cukup banyak mengingat kali pertama aku berciuman dan meremas milik perempuan.
Paginya seperti biasa aku siap-siap hendak berangkat, aku biasa naik angkutan umum toh motor juga ada tapi enggak seru. Kebetulan angkutan kosku pangkalan kedua angkutan jadi belum banyak penumpangnya dan aku bisa memilih tempat duduk. Nah, serunya pas pangkalan ke tiga sudah mulai penuh anak-anak sekolah apalagi jalurnya melewati tiga SMA dan 1 SMP, bayangkan deh pas penuh-penuhnya lumayan dapat senggolan susu, he… he…
Tika sudah menunggu di samping rumahnya di balik kerindangan pohon Mahkotadewa. Aku berangkatnya agak siang, soalnya sekolahku masuk pukul 7.15, maklum banyak atlit Pelatnas yang bersekolah disekolahku dan biasanya Tika sudah berangkat, pasti dia menungguku toh semenjak malam itu aku resmi jadi pacarnya.
Aku menengok kekanan dan kekiri, kedua orangtua yang seorang guru dan adiknya sudah berangkat semenjak tadi, Tika biasa menggunakan sepeda.
“Maaf tadi malam, marah?”
Senyuman dan guratan giginya semakin tampak putih dipadu rona wajahnya yang coklat kehitaman.
“Tidak tuh,” seraya aku menghampirinya di kerimbunan. Entah mengapa dia juga beranjak semakin masuk ke lorong samping rumahnya dan tentunya kami semakin tidak tampak dari luar.
“Habis surat kamu sudah malam sih.”
Aku raih tangannya dan pelan aku rapatkan tubuhku kearahnya dan aku cium bibirnya ah.. dingin-dingin empuk. Lidah-lidah kami bertautan, matanya terpejam. Jarum jam menunjukkan pukul 6.35 jadi masih ada waktu buat bercinta!
Berlahan aku lingkarkan kedua tanganku kepinggangnya, dia hanya terdiam sambil memejamkan matanya dengan kedua tangannya tergerai kebawah. Akankah aku ditolak? Demikian pikirku manakala pelan aku julurkan telapak tangan kananku kearah dadanya.
“Jangan disini,” kemudian menarik tanganku menuju ke belakang gudang.
Disitu terdapat sebuah dipan (tempat tidur kecil) dari bambu dan kami duduk bersebelahan lalu aku rengkuh pundaknya tanpa di komando bibir kami beradu dan saling bertautan, kali ini bagaikan kuda liar terlepas dari kandangnya Tika memeluk erat pinggangku. Matanya terpejam rapat manakala bibirku merayap turun kelahernya. Kali ini tangan kananku dibiarkannya menelusuri payudaranya yang terbungkus baju seragam SMPnya.
“Ehh…”
Tika melenguh lirih manakala aku dengan lembut meremas payudaranya, kecil dan tampak kenyal. Dan sementara bibirku terus meliuk-liuk di sekitar lehernya dan dengan naluri laki-laki bibirku bermain di telinganya sehiingga membuat bulu kuduknya merinding. Tika semakin merapatkan kedua kakinya dan sementara tubuhnya bersandar erat ke tubuhku.
Tika merenggangkan dadanya, memberi jarak agar tanganku leluasa bermain-main di payudaranya dan sementara kepalanya sedikit meliuk-liuk mengikuti gerak wajahku dan di seputar lehernya dan bulu kuduknya sesekali meremang. Baju seragam Tika bagian depan sudah awut-awutan padahal ini adalah hari senin.
“Hhh….”
“Hhhhhhh…”
Hanya desah napas kami yang terdengar. Dan berlahan Tika semakin menekuk tubuhnya dan terlentang keatas dipan bambu. Pelan aku mendekatkan bibirku ke bibirnya, Tika membalasnya penuh gairah. Jemari tanganku membuka satu persatu kancing bajunya seiring dengan berjalannya waktu dari menit ke menit.
Aku menindih pelan seraya membuka resletting celana seragam SMAku yang berwarna abu-abu. Aku menjatuhkan kecupan lembut dibibirnya, refleks Tika membuka mulutnya memberi jalan untuk lidahku menjelajahi rongga mulutnya. Sementara tanganku telah menurunkan celana seragam dan celana dalamku sampai batas pantatku, kini kontuolku telah terbebas.
Aku raih tangan Tika yang sedikit terentang keatas, aku tuntun kearah kontuolku.
“Uhh…”
Tubuhnya bergetar, payudara yang terhimpit tangannya menyembul kecoklatan berkilatan saat dengan bimbinganku Tika meremas batang kontuolku.
Karena belum terbiasa dan untuk pertama kalinya dia memegang maka genggamannya sedikit kencang dan tidak ada reaksi selain menggenggam. Toh aku juga tidak pernah tahu karena ini juga baru pertama kalinya aku memperlakukan lawan jenisku sampai jauh.
“Mmmpp…”
“Hhh… Hhhh…
Ciumanku merayap turun ke payudaranya dan tanganku mulai meraba-raba gundukan diatas selangkangannya.
“Hhhmmmpp…”
Aku serasa melayang ketika tangan lembut yang menggenggam batang kontuolku sedikit naik meraup kepala kontuolku. Tegang dan keras sekali.
“Sayang…” Demikian bisiknya lirih di telingaku ketika tanganku pelan menyibakkan rok seragam biru milikya sedikit naik. Tika mengangkat sedikit pantatnya sehingga dengan bebas roknya tersibak keatas. Ketika aku menoleh kebawah Tika seketika menysupkan kepalanya kedadaku, malu tapi mau dan suka.
Celana dalam warna pink menyembunyikan gundukan kecil diatasnya tampak jelas sekali bagian bawahnya telah basah kuyup. Tika membiarkan tanganku menyusup kebalik celana dalamnya, serasa gundukan belum ditumbuhi banyak bulu, masih ada satu dua dan sangat halus.
“Basah” dalam benakku saat telapak tanganku merayap diatas permukaan tempiknya, Tika semakin berani memberiku kesempatan dengan sedikit membuka himpitan pahanya.
Naluriah, demikian istilahnya. Jari telunjuk dan jari manisku pelan menggosok samping kanan dan kiri tempiknya sementara jari tengahku menemukan sebuah biji kacang klentit miliknya. filmbokepjepang.com Semakin basah saat aku pelan menggosok-gosok tanganku dengan kaku, maklum belum biasa sih.
Telapak tanganku penuh dengan cairan kental dan lembab. Aku terus menggosok-gosokkan tangannku, hangat, lembab dan licin. Sementara Tika tidak melepaskan genggaman tangannya di kontuolku, kalau tadi di bagian kepala sekarang di bagian pangkalnya yang berbulu.
Aku menurunkan celana dalamnya sampai kebatas lutunya dan dengan kakiku aku lepaskan. Aku menindihnya dimana sebelumnya tangan Tika yang menggenggam kontuolku aku terlentangkan, membuat sepasang payudaranya yang sempat tertutup sedikit kaosnya membusung. Tika seolah-olah mengiyakan apa yang akan aku lakukan, berarti sungguh dia mencintaiku.
Pernyataan cinta yang secara iseng aku lontarkan ternyata mendapat sambutan yang sedemikian dasyatnya. Sungguh dia kini pasrah terlentang di bawahku. Sementara aku, hanya nafsu yang berputar-putar didalam otakku. Ulangan Fisika pada jam pertama dengan pak Anton sang guru killer dimana tak ada ampun bagi yang tidak masuk pelajarannya tanpa surat keterangan apalagi saat ulangan sudah tidak aku pikirkan.
Aku rentangkan lutut Tika biar pinggulku sedikit leluasa menindih tubuhnya. Tika hanya menurut saja. Aku genggam batang kontuolku, aku arahkan kelobang vaginnanya. Naluri laki-lakiku seolah-olah secara otomatis bekerja.
Saat bagian kepala menempel di bagian lembut dan basah aku menarik napas untuk mengurangi keteganggan.
“Sreet…”
Terasa kepala kontuolku menyibak sesuatu ketika pinggulku aku tekan sedikit. Tika sedikit mengrenyitkan dahinya tanda ada sesuatu yang aneh.
“Sreet…”
Kembali seperti menyobek sesuatu. Kini Tika menggigit bibir bagian bawahnya, wajahnya sedikit tegang sementara wajahku pun demikian, genggaman tanganku sedikit gemetar ketika aku dorong pantatku kebawah.
“Sreet… sreeettt…”
“Mpphhh…”
Erangan lirih dari mulut Tika katika separuh kontuolku sudah menghujam masuk. Tetesan darah perawan menetes, bagaikan aliran sungai Mahakam menetes disela-sela dipan bambu yang kami pakai untuk bergelut. Menetes kebawah, berjatuhan tetes demi tetes keatas tanah yang berdebu.
Aku menarik keatas pantatku dan dengan pelan aku tekan kembali kebawah, kali ini tanganku sudah tidak menggenggam berganti menopang tubuhku yang merapat diatas tubuh Tika.
“Sreettt…”
“Aaahhhh…!”
Tika menjepit pantatku dengan kedua pahanya yang sedikit terangkat menahan perih saat semua kontuolku untuk pertama kalinya menembus vaginnannya. Dan kini semua batang kontuolku sudah menghujam kedalam liang surgawi tempiknya.
Tangannya menggenggam erat, pahanya menjepit kuat pantatku dan wajahnya semakin terpejam. Aku berikan kecupan lembut kebibirnya lalu dia mulai menangis. Dan memeluk tubuhku dengan erat dengan tidak melepaskan jepitan pahanya di pantatku justri kakinya yang terangkat di letakkan diatas betisku.
Berlahan pantatku aku mainkan naik-turun, untuk menenangkannya aku membisikkan sesuatu ketelinganya,
“Sakit…?”
“Aku tahan, aku sayang kamu…”
Suara berderit pada dipan bambu menahan tubuh kami saat kontuolku aku maju-mundurkan, Tika tidak melepaskan pelukannya dan kedua kakinya tetap berada diatas betisku dan kali ini jepitan pahanya di pantatku sedikit mengendor.
“Plak… plak… plak…”
Kelamin kemi mengeluarkan bunyi khas saat saling bergesekan dan suara itu merupakan pertama kalinya kami dengar.
Dua puluh menit berlalu dari aku berhasil memerawani Tika, aku terus memainkan kontuolku maklum masih jejaka jadi maju-mundur, maju-mundur terus tanpa ada variasi. Toh dengan demikian lambat laun rasa perih pada Tika mulai hilang, aku pun demikian.
Tika mulai mencari-cari bibirku dan aku menyambutnya dengan mengulum lidahnya dan memilinnya dengan lembut.
“Hhhmmppp…”
“Hhhhhhh…”
“Sayang…”
Sepuluh menit kemudian Tika mengencangkan pelukannya dan kembali pelan menguatkan jepitannya.
“Plak… plakk… plakkk…”
Aku terus menghujaninya dengan goyangan kontuolku, sesekali aku berlahan untuk menarik napas. Lumayan pegel juga ternyata, palagi rambut kontuolku yang sudah mulai lebat lenyodok-nyodok vaginnanya yang belum berambut membuat rasa perih padanya menjadi suatu sensasi mengenakkan, menggugah birahi yang sedikit berkurang akibat rasa perih.
“Hhggghh…”
“Aahhhhh…”
Tika mengejang, rona wajahnya memerah, napasnya tertahan manakala birahinya menanjak menghantam ubun-ubun dan bagaikan suatu hempasan gelombang menerjang apa saja lalu padam terkulai. Lemas. Banyak energi yang telah dikeluarkan.
Aku terus menggenjot saat Tika sudah jatuh terlentang, kedua kakinya terkulai mengkangkang. Aku topang badanku dengan kedua tanganku kali ini pantatku bebas naik turun. Lesatan kontuolku di dalam vaginnanya bagaikan terpedo yang diluncurkan dari sebuah kapal selam. Seperti ada sesuatu yang akan keluar aku percepat gerakan pantatku naik-turun. Dan…
“Ahhhhhh…”
“Crott.. croot.. crooot…”
Bersamaan dengan aku semprotkan air maniku tiba-tiba,
“Gubraaak…”
Dipan yang kami pakai rubuh karena beban goyangan yang aku lakukan.
“Ah!”
“Aduhh…”
Kami jatuh berguling, Tika tetap aku peluk sehingga dia menindih tubuhku. Kontuolku terlepas dari tempiknya, spermaku muncrat kemana-mana. Akibatnya, kontuolku yang masih “ereksi” tertimpa pantatnya Tika.
“Dipan sialan,” demikian umpatku.
“Sudah keropos.”
Lalu kami berdiri, Tika memandangku saat aku meringis menahan ngilu di kontuolku yang tertimpa pantatnya.
“Sakit?”
“He-eh”
Sambil berdiri dimana aku masih telanjang bulat, Tika mengulurkan tangannya, memegang kontuolku yang sudah terkulai seraya memberikan pijitan-pijitan lembut. Aku tumpangkan kedua tanganku keatas pundaknya.
“Hari ini kita bolos ya?”
Aku hanya tersenyum, aku biarkan tubuhku bugil dihadapannya. Tika sambil membersihkan dengan tangan kirinya badanku yang sedikit berdebu memandangku mesra, duh bening mata itu menusuk lekat ke dalam kalbuku.
“Padahal aku jam pertama ada ulangan fisika.”
“O ya?”
“Biar saja,” sambil aku belai rambutnya yang tergerai.
“Masih sakit?”
“Sedikit.”
“Enakan sekarang?”
“He-eh”
Tika mengocok berlahan-lahan dan kontuolku seperti diurut tangan lembut, berlahan kontuolku mulai tegak kembali. Aku belai payudaranya yang tertutup kaos dan seragamnya sudah tersibak tidak karuan. Aku cium kembali bibirnya sementara Tika terus dan terus mengurut-urut kontuolku.
“Mmmpphhh…”
“Di kamar yuk?” Tika meraih seragamku dan menggandeng tanganku masuk melalui pintu belakang dimana dia memegang anak kunci. Setiap dia pulang duluan selalu melalui pintu belakang sedangkan adiknya pulang bersama orangtuanya.
Tika langsung melepas seragam putih birunya yang sudah awut-awutan, sebercak darah perawan masih sedikit meleleh di selangkangannya, Tika langsung merebahkan diri keatas ranjang. Dan aku pelan menempatkan diri keatas tubuhnya, pantatku berada ditengah-tengah selangkangannya.
“Bleesss…”
Kontuolku langsung menyusup ke dalam vaginnannya. Aku ciumi wajahnya dan melumat bibirnya. Sontak Tika merengkuh tengkukku dan aku meremas payudaranya. Sepasang anak manusia bertelanjang bulat saling memagut, memadu cinta, membakar api birahi.
Pikiranku lepas terbang, sudah tidak ada batas sama sekali diantara kami padahal baru semalam aku mengatakan cinta, itupun hanya kesiengan belaka. Ah, setelah ini semua begitu kejam dan jahatkah aku? En tahlah, itu urusan belakang saat ini kontuolku tertanam didalam vaginnannya.
“Ahh-hh…”
Tika menggeliat saat aku mulai kembali aksi kontuolku naik turun. Perih dan pedih berganti kenikmatan, bagaikan sebuah gada dengan kepala membesar membuat sensasi nikmat saat bergesekan.
Kali ini aku tidak perlu kuatir ranjangnya akan ambruk, ranjang berderit-derit saat aku menggoyangkan pinggulku. Seperti tadi Tika memelukku dengan erat dan sepasang kakinya mengait kali ini tidak diatas betisku melainkan lebih naik keatas pantatku.
Desah napasnya semakin memburu di dekat telingaku dan kali ini tidak memerlukan waktu lama Tika sudah mulai mengejang dan walaupun dia mencoba menahan tapi desakan biologisnya lebih kuat.
“Aahhh…”
Tanpa sadar Tika melenguh dengan kerasnya ketika sampai dipuncak birahinya dan dalam hitungan detik pula aku mengikuti.
“Aakkhhh….”
“Croottt… crooottt… crooottt…” aku semburkan airmaniku kedalam rahimnya, entah apa yang akan terjadi sudah tidak aku pikirkan. Aku biarkan kontuolku masih menancap di vaginnanya dan “pluppp…” terlepas dan terkulai lemas.
Jam 10 aku kembali kekamar kosku dibelakang rumahnya setelah sebelumnya untuk yang ketiga kalinya aku menidurinya. Uh, pegal semua badanku. Terutama kontuolku langsung bekerja keras. Aku langsung mandi untuk menyegarkan badan, kosku masih sepi karena semua masih kerja sampai jam 17 kecuali mbak Srini seorang guru SD paling jam 1 sudah pulang, bapak kosku juga pergi biasanya ke pasar untuk mancari hiburan bermain catur, maklum pensiunan. Dan akhirnya aku tertidur sampa sore hari.
Praktis semenjak kejadian itu antara aku dan Tika sudah tidak ada batas apapun, kedua orangtua dan adiknya selalu berangkat jam 6.30 sehingga memberiku keleluasaan untuk bercinta dengannya.
“Hai pah,” demikian Tika menyebutku Pah. Lucu juga kedengarannya tapi asyik juga tapi satu hal hingga kini aku tidak mencintainya. Ah, sayang, aku memang jahat sekali. Padahal dia mencintaiku dengan tulus.
“Hai,” sapaku pula ketika melewati kamarnya, dia hanya mengenakan kaos oblong sehingga beha warna kuning yang dia pakai terlihat. Sedangkan dia hanya mengenakan celana dalam warna pink dengan sedikit tersipu dia meraih rok seragam biru yang tergolek di ranjang dan menutup bagian depannya.
Barusan aku dengar suara motor orang tuanya berangkat ke sekolah. Lalu dia seperti biasa memberiku kode melalui pintu belakang, sebentar aku menoleh dan tidak ada orang. Teman-teman kosku masih pada tidur kecuali mbak Srini seornag guru SD teman kosku juga sudah berangkat.
Aku langsung mengunci pintu dan memeluknya sambil melumatnya.
Aku langsung mengunci pintu dan memeluknya sambil melumat bibirnya,
“20 menit,” pintanya tegas.
“Oke”
20 menit bagiku sudah cukup, maklum dia masuk jam 6.55 sedangkan aku jam 7.15. Tanpa perlu komando kami langsung naik keatas ranjang sementara Tika terlihat pasrah dengan dada membusung dibalik kaos oblongnya dan celana dalam warna pink.
Tanganku meraih kaos yang dikenakannya dan menariknya keatas bersamaan dengan behanya, akupun demikian membuka baju seragamku hingga aku bugil. So, kontuolku sudah nafsu langsung ereksi.
Ups…!
Dingin empuk manakala Tika meremas kontolku saat aku hendak menindih sedikit tubuhnya sambil meremas payudaranya.
“Hmmmppp…”
Payudaranya bergetar saat aku merabanya dengan lembut, mengeras saat aku meremasnya, menggelinjang saat putingnya aku pilin dengan jemariku dan,
“Paaahh…” merintih saat aku susupkan wajahku diantara sepasang gunung kembarnya dam memberikan gigitan mesra yang meninggalkan tanda merah kebiruan di kulitnya yang kecoklatan.
Aku menurunkan ciumanku keatas perutnya, berputar-putar diatas pusarnya,
“Aahhh…”
Tika merintih geli, refleks genggamannya terlepas dari kontuolku dan mesra mengusap kepalaku dengan tangan kirinya sementara tangan kananya tersibak keatas.
Cewek usia 14 tahun tentunya di kelaminya belum ditumbuhi rambut lebat, beberapa tipis dan baru mulai tumbuh tampak saat aku merayap turun dari perutnya kebawah pangkal selangkanagnnya. Aku geser posisiku dengan menarik keatas pinggulku, dengan posisi itu Tika mulai memberanikan diri mengusap kontuolku sambil memandang lekat-lekat kontuolku.
“Besar” pikirnya, itu aku tahu kemudian dari buku hariannya yang aku ambil saat dia kekamar mandi. Aku belum berpengalaman dalam session ini, maka langsung aku julurkan lidahku menjilati langsung klentit dan semuanya dan menghisap menggunakan mulutku.
“Hhmmppphh…”
“Akkhhh…!”
Tidak dinyana Tika terkejut dengan apa yang aku lakukan, refleks dia mengatupkan pahanya sehingga kepalaku terjepit. Refleks juga genggamannya di kontuolku mengencang, tapi dia tidak memejamkan matanya. Dipandangnya kontuolku yang sudah mengeluarkan cairan bening tanda birahi dari ujung kepala kontolku.
“Masukin pah, sudah siang,” pintanya sambil menggeser tubuhku darinya.
Aku merebahkan tubuhku keatasnya, Tika membuka kedua kakinya, memberiku keleluasaan mengarahkan kontuolku dan,
“Blesss…”
Kontuolku melesat masuk kedalam liang vaginnanya yang sudah basah langsung sampai kedasarnya, hangat, lembut dan kenyal. Kontuolku seperti diremas oleh kelembutan dan kehangatan, dipilin oleh cairan birahi dan kami pagi itu menyatu dengan tubuh bugil.
Tika memelukku dan kembali seperti sebelumnya mengaitkan kedua kakinya keatas pinggulku dan aku memacu, melesatkan berulangkali kontuolku kedalam tempiknya. Saling menderu napas kami berkejar-kejaran, sesekali Tika tersipu malu saat dia membuka kelopak matanya dan aku sangat dekat diatasnya memandang tajam kearahnya, tersipu dengan rona wajah memerah dan menyembunyikannya kebawah pundakku. Aku terus menayunkan pinggulku naik turun, suara-suara yang akhirnya terbiasa di telinga kami mengiringi derit ranjang yang terdengar pelan karena goyangan kami.
“Paahhh…”
“Sayanggg…”
Hentakan birahi merayap keujung kontuolku, dengan sekuat tenaga aku berusaha menahannya. Sementara dengan tegang memelukku erat dan mengapitkan kedua pahanya kuat-kuat di pinggulku. Dinginnya udara pagi dengan jendela berkaca nako menyebabkan kami semakin birahi.
“Ahhh…”
Tika melenguh, mengejang, bergetar dan jepitan vaginnanya meremas-remas kontuolku saat aku hentakkan-hentakkan hingga dasar vaginnanya dimana rambut kelaminku menggesek-gesek klentitnya saat beradu. Dalam hitungan detik, akupun mengejang, sambil menggigit belakang telinganya dan tangan meremas payudaranya aku hujamkan kuat-kuat kontuolku.
“Ak-akkk-akkhhh…!”
“Croot… serrr… croot, croot… crooot…”
Kami terdiam, Tika sudah terkulai lemas dengan bersimbah peluh dan aku biarkan kontuolku terjepit vaginnanya yang berdenyut-denyut lembut. Aku memeluknya dan desah napas kami yang semula menderu-deru berlahan-lahan mulai teratur.
“Pah, dah siang loh, aku tidak mau bolos lagi,” Tika mengingatkanku sambil tersenyum. Lalu aku kecup bibirnya dan tampak di leher belakang telinganya membekas gigitanku. Saat kami berpakaian tampak hampir sekujur tubuhnya penuh dengan “cupang”-an dan gigitan mesraku. Payudara kirinya membekas jemari kananku tadi saat aku akan orgasme. Tika tersenyum saat aku memandang tubuhnya,
“Hasil karyamu pah,” seraya memakai kembali behanya.
“Karya abstrak mah,” lalu aku hampiri dia dan aku belai kelaminya yang masih melelehkan spermaku.
“Tidak dicuci dahulu mah”
“Enggak ah, biarin aku tetap merasakan milikmu pah.”
Jam menunjukkan pukul 7.50 saat Tika mengayuh sepedanya dan aku berjalan ke jalan besar untuk menunggu angkutan umum. Biasa, buat cari senggolan apalagi jam mendekati waktu masuk.
Pernah suatu ketika aku mewakili sekolahku dalam ajang lomba menggambar, lumayan aku memiliki bakat menggambar. Sebelum jam 1 aku sudah kembali, aku longokkan kepalaku tampak Tika sedang mengerjakan PR-nya. Melihatku dia beranjak keluar melalui pintu belakang.
Darah mudaku seketika bergelora, aku hampiri dan aku lumat bibirnya.
“Hampir jam 1 pah,” demikian dia mengingatkan, berarti 30 menit lagi orangtuanya pulang. Sontak aku minta dia nungging dengan kedua tangan diatas dipan bambu (sudah diganti dengan yang baru) lalu aku sibakkan rok yang dipakainya, celana dalamnya aku plorotkan dan lidahku dengan cepat menjilati tempiknya.
Ups, he… he… sedikit pesing, sebodo amat. Lalu aku arahkan kontuolku ke vaginnanya dan,
“Sleeebbb… bleeesss…”
“Ahhhh…”
Tika terkejut dan sedikit meringis menahan perih tapi hanya sebentar dan napasnya sudah mulai tidak beraturan. Berselang lima menit dengan mencengkeram tepian dipan bambu sambil “mekangkang” Tika menggeliat seraya melenguh kuat.
“Aahhhh…”
Aku pegang pantatnya dengan kedua tanganku, aku sodokkan kedepan dan kebelakang pantatku sehingga kontuolku leluasa melesak keluar dan kedalam. Lalu aku remas dengan mencengkeram pantatnya manakala kontuolku memuntahkan spermaku.
“Ahhhh… hh… ahhh…”
“Serrr… serrr… serrr…”
Cairan kental putih muncrat didalam vaginnanya seraya menimbulkan bunyi “ceplak-ceplak-ceplak”, belum puas aku teruskan genjotanku sampai-sampai Tika hampir jatuh terkulai kalau saja tidak aku topang pinggulnya dengan kedua tanganku.
Semangat mudaku menggelora, aku terus memacu dan memacu. Kontuolku yang semula terasa ngilu karena sudah melontarkan airmaniku berlahan kembali mendapatkan kekuatannya. Aku mati-matian agar kontuolku setelah mengeluarkan airmani tidak terkulai. Aku paksa semangatku agar cepat meraih birahi kembali.
Tika hanya menggigit bibirnya, lemas sekali. Sendi-sendinya serasa mau lepas, napasnya tersengal-sengal. Rasa pening menghantam kepalanya tapi tempiknya ternyata tidakmau kompromi, berlahan cairan birahi membasahi gesekan kontuol dan tempiknya.
Tika tidak kuasa menahan hentakan birahi yang berlahan mulai merambat naik ke ubun-ubunnya. Merayap ke semua ujung syarafnya, jantungnya berdegup dengan kencang, matanya terbelalak dengan semua otot diwajahnya menyembul menyebabkan rona wajahnya memerah.
“Akkk… hhhhhh…!”
“Crooot… crooot… crooot…”
“Ah…”
Bersamaan kami dihempas oleh puncak birahi, bersamaan kami dihantam oleh kenikmatan surgawi dan bersamaan kami jatuh terjerembab keatas dipan bambu dan seolah-olah dunia terasa melayang. Tika jatuh tanpa daya keatas dipan menyisakan lelehan sperma di selangkangannya dibawah tonjolan pantatnya, ternyata dia pingsan!
Disekolah aku termasuk siswa yang biasa-biasa saja, sedangkan Tika termasuk kategori siswa kelompok “dodol” alias “bego” dan kategori cewek “non nominasi” pantes saja aku radak “GR” langsung main tancep pedang aja. Hebatnya aku tidak puas hanya sekali, paling sedikit dua kali, inikah manfaat akibat rendaman air teh basi? Mungkin kali ya ha… ha…
Sudah tiga bulan aku setubuhi Tika, selama itu pula dia tidak hamil. Luar biasa, membuat aku ketagihan. Sungguh tidak ada waktu lowong aku dengan dia untuk tidak bermain sex. Terus terang dan terang terus, aku memperlakukan Tika sebagai obyek dan bukan sebagai subyek, duh memang aku sadari aku betul-betul jahat. Tidak jarang Tika sekitar jam 2 siang menyusup masuk ke kamarku, meminta jatah disaat kedua orangtuanya istirahat siang. Ternyata apa yang kami lakukan disiang itu tidak lepas dari mbak Srini teman kosku yang seorang guru SD, nanti aku ceritakan pada bagian tersendiri supaya cerita ini tidak terlalu panjang.,,,,,,,,,,,,,,,,
Merawanin Pacar Teman
Pengalaman Ngewe Dengan Babysister
Namaku Deenee ini cerita sex dewasa saat aku berusia 28 tahun dan aku bekerja freelance di beberapa media elektronik di Jakarta. Di hari minggu diawal tahun ini aku berniat mencuci mobil di bengkel cuci langgananku. Hampir tiap minggu, aku selalu mencuci mobil di bengkel tersebut. Sehingga ada beberapa langganan tetap yang aku kenal di bengkel ini, salah satunya Ibu Nisa.
Ibu Nisa berusia 48 tahun, wajahnya tidak cantik tapi sensual menurut aku, wajahnya sekilas mirip dengan Nunung pemain Srimulat, tinggi kira 165cm dan berat tubuhnya proporsional dengan tingginya,kulitnya kuning langsat, payudara lumayan besar, rambutnya panjang hingga menyentuh pinggang dan tubuhnya yang ramping dan semampai.
Tidak menampakan kalo Ibu Nisa sudah punya dua anak yang berumur 15 tahun & 10 tahun.
nfo ini aku dapat dari seringnya aku berbincang-bincang dengannya jika bertemu di bengkel. Hari itu kita bertukar nomer HP dan berjanji untuk saling menghubungi dan janjian kalau mau mencuci mobil.
Singkatnya beberapa minggu ke depan kita selalu janjian untuk ke bengkel cuci. Aku ingat hari Selasa tanggal 29 Januari 2008 sekitar pukul 10.pagi, HP-ku bergetar dan aku menerima sms dari Ibu Nisa yang mengatakan bahwa Ibu Nisa minta pertolonganku untuk menjemputnya di bengkel langganannya di daerah Cipete dikarenakan mesin mobilnya mogok. Aku menyetujui dan mengatakan akan tiba dalam waktu kurang lebih satu jam.
Sesampainya di bengkel Ibu Nisa langsung naik,
""hari ini Ibu Nisa mengenakan rok panjang semata kaki berwarna hitam, kemeja stretch warna cream, rambutnya yang panjang digelungnya sehingga membentuk sangguk cepol sederhana.
“Hari ini ada acara Dee?”, Ibu Nisa bertanya padaku.“Ada bu, kenapa?”, Tanyaku, balik.
Main Dengan Langganan Tempat Cuci Mobil
Cerita Sex Main Dengan Pria Baru DIkenal Nama panggilanku Sari. Aku berusia 25 tahun dan bekerja di sebuah perusahaan swasta di Surabaya pada posisi yang cukup menyenangkan baik secara status maupun secara ekonomi. Aku seorang blasteran Jawa-Jepang, namun secara fisik, banyak orang mengira aku keturunan Chinese karena warna kulitku putih dan mataku tidak lebar.Rambutku pendek seleher. Aku tergolong wanita yang kurus dengan tinggi badan 172 cm dan berat 51 kg. Namun aku merasa memiliki bentuk tubuh yang bagus, dengan kaki yang panjang, dan payudara yang tidak besar namun padat dan kencang.Sejak remaja, kehidupan seksualku tergolong cukup ‘bebas’ untuk orang Indonesia. Selama aku cocok dan dia cocok, aku easy going sajalah. Mungkin sikap ini juga yang membuatku belum mendapatkan pasangan ‘resmi’ hingga sekarang, tapi.., peduli amat? aku toh enjoy aja dengan ini semua.
Waktu itu akhir bulan Juni 2015. Karena akhir bulan, seperti biasa aku sibuk membaca dan mengevaluasi laporan hasil kerja anak buahku, dan menuliskan laporan untuk atasanku. Karena waktu sudah sangat sempit, aku memutuskan untuk bekerja overtime sampai selesai. Gedung perkantoran tempatku bekerja tergolong pelit, mereka mematikan lampu dan listrik utama setelah lewat pukul enam sore.Karena itu aku menyewa sebuah ruang khusus yang memang disediakan gedung itu untuk orang-orang yang ingin lembur. Ruangan itu kecil sekali, sekitar 3×3 meter, tidak berjendela, sehingga terkesan seperti dikurung dalam sebuah kotak korek api, dan AC-nya tidak begitu dingin. Namun karena tuntutan karier, ya sudahlah, aku langsung menginput data ke dalam notebook untuk diemailkan pada kantor pusat. Tak terasa, aku sudah bekerja hingga pukul delapan malam.Karena AC yang kurang bagus, aku merasa kegerahan dan haus. Aku ingat, di luar bilik kecil ini, di dekat lift, ada sebuah dispenser air minum, aku segera berdiri dan keluar dari ruang itu untuk mengambil air minum. Ketika aku membuka pintu, aku melihat seorang pria sedang mengambil air di dispenser itu. Nah, aku lega bahwa ternyata dispenser itu bekerja. Aku segera menghampiri dispenser itu, mengambil gelas, dan menuangkan air ke gelasku.Pria yang sedang minum tadi tersenyum menyapaku, aku tersenyum balik, sekedar ramah tamah basa-basi. Pria itu berbadan besar, tingginya sekitar 180-an lebih tinggi dariku yang tergolong jangkung. Ia tidak terlalu kurus atau gemuk, meskipun tidak juga berbentuk seperti binaragawan. Tubuhnya terbungkus rapi oleh kemeja Kenzo warna hijau muda dan di lehernya terikat dasi bercorak ramai khas Gianni Versace. Wajahnya pun biasa saja, tampang orang pengejar karir di usia pertengahan dua puluhan.“Sedang lembur juga, Mbak?”, Tanyanya mencoba mencairkan suasana sepi.
“Iya, biasa, Mas, akhir bulan. Pas hari Jumat lagi.”
“Oh, pasti lagi nyelesaikan progress report yah?
“Iya, untung udah selesai barusan.”
“Wah, baguslah. Eh, omong-omong, Mbak kantornya di lantai berapa?”.
“Di lantai sebelas, di PT (perusahanku).
Kalau Mas?”.
“Saya di lantai delapan, di PT (perusahaannya).””Oh, wajarlah kalau kita nggak pernah ketemu”.
“Haha, iya, rupanya ada gunanya juga lembur.
Kita bisa saling kenal.”
Pria itu berkesan begitu sopan dan ramah, matanya sedari tadi memandang hanya ke mataku, tidak ke arah kemejaku yang dua kancing atasnya terbuka, sehingga nampak putihnya kulit dadaku mengintip keluar.
“Oh iya, kita belum kenalan, Namaku Ditto.
” Katanya sambil mengulurkan tangannya mengajak berjabatan tangan.
“Aku Sari.”
Jawabku sambil tersenyum semanis yang aku bisa.
“Sari pulang nanti naik apa?”.
“Oh, aku bawa mobil sendiri. Kalau kamu?”.
“Aku naik mobil juga.., Eh, Sari keberatan nggak kalau kita makan malam bareng setelah ini?”.
Wah, orang ini ‘direct’ juga yah? pikirku kegirangan.
“Boleh aja, apa Ditto nggak ada yang nungguin di rumah?”.
“Ah, belum kok.
” Jawabnya sambil mengerdipkan mata kiri dan tersenyum manis.
“OK, aku akan beres-beres dulu yah!”, Kataku sambil melangkah balik ke bilikku.Aku segera mengemasi notebook dan kertas-kertas kerjaku secara terburu-buru.
Ada yang aneh di pikiranku. Aku merasakan ada gairah yang mendorongku untuk berhubungan lebih intim dengan Ditto. Padahal orangnya biasa saja, kulitnya rada gelap, rambutnya cepak, wajahnya biasa saja meski ukuran tubuhnya memang cukup besar untuk ukuran orang sini.Tapi cara dia bicara, cara dia tersenyum, cara dia memandang mataku, benar-benar hangat, namun tidak nakal atau kurang ajar. Nyatanya, ia tidak berusaha mencuri pandang ke arah yang tidak-tidak seperti pria lainnya yang pernah ketemu aku. Hmm.. Kira-kira apakah dia ada keinginan untuk bercumbu denganku atau tidak yaa?Selagi aku asyik mengkhayalkannya, terdengar ketukan di pintu.“Masuk!” Kataku sambil berharap bahwa itu adalah Ditto.Ternyata benar, Ditto berdiri di pintu itu sambil menenteng tas notebook di tangan kanannya. Dasinya telah dilepas, dan kancing bajunya terbuka yang di atasnya, sehingga nampak rambut-rambut halus di situ.“Gimana, udah selesai?”, Tanyanya.“Iya, udah, tapi sewa overtime nya sampai jam sepuluh nih, jadi masih rugi kalau aku tinggalkan sekarang!” Aku mencoba mengajak bercanda.“Haha, pelit juga kamu, Sar! Boleh aku masuk?”.“Silakan aja, asalkan kamu nggak keburu pulang”.“Ah, nggak kok, ini kan Jumat, biasanya juga pulang telat”.“Biasanya kemana aja kalau Jumat malam?”.“Paling-paling pergi sama teman-teman main badminton atau basket”.“Oh, seru dong? Apa sekarang nggak ditungguin teman-temannya?”.“Ah, mendingan juga di sini nemenin. Sekali-kali boleh kan ganti suasana?”Kami kembali tertawa-tawa.Ia duduk di meja kerja, sementara aku duduk di kursi kerjaku yang tadi.“Wah, panas sekali di sini.., AC-nya kurang bagus yah?” Katanya sambil menggulung lengan bajunya ke atas, dan membuka satu lagi kancing baju di dadanya. Aku menahan diri untuk tidak melihat ke arah rambut-rambut di dadanya.“Sar, kamu nggak panas pakai blazer di ruang kaya gini?” Tanyanya dengan nada yang terkesan wajar, meski mungkin saja tujuannya nakal.“Well, sebenarnya iya sih.., boleh nggak aku copot blazernya?”“Hahaha, kok pakai minta izin segala sih? Memangnya aku Papa mertua kamu?”.Humornya membuatku tertawa geli, tapi juga sekaligus membuatku ingin berbuat lebih jauh dengannya. Maka aku berdiri dari kursi, dan melepaskan blazerku dengan gaya yang aku buat-buat agar nampak seksi. Aku menunggu apa reaksi dia kalau dia melihat bahwa ternyata kemeja yang aku kenakan ini tidak berlengan, sehingga kehalusan bahuku bebas dilihatnya.“Wah, ternyata nggak ada lengannya toh?, Bisa-bisa nanti orang hanya menempelkan selembar kain saja di bawah blazer”. Candanya mengomentari.“Sialan, aku kira kamu akan bilang aku seksi, Dit!”, Jawabku menggoda.“Hah? wah, kalau itu sih.., apa kamu masih kurang yakin? sampai-sampai aku perlu meyakinkan diri kamu lagi?”“Hihihi, ada-ada saja. Tapi thanks lho!”, Kataku sambil mengerdipkan mata.Lalu dengan gaya yang kocak ia menceritakan bahwa seorang pialang saham ulung akan lebih merasa tersanjung bila dipuji atas kepandaiannya memasak daripada atas kepiawaiannya menganalisis saham. Wow, aku jadi merasa tersanjung juga karena itu berarti dia mengakui keindahanku.Tiba-tiba dia berkata lagi, “Kamu nggak minta dipijitin sekalian, Sar? Kan kalau di film-film semi, adegan cewe buka blazer dilanjut dengan adegan pijit itu trus berlanjut dengan adegan yang biasanya disensor?”.Ya ampun.., caranya begitu jantan sekali dan sama sekali nggak kurang ajar.., Aku jadi luluh juga dibuatnya, dan aku jadi rela untuk menyerahkan tubuhku padanya.., meski sebenarnya akulah yang menginginkannya.Aku segera menjawab, “Terserah deh, tapi nggak usah disensor juga nggak apa-apa kok”.“OK deh, itu berarti adegan yang disensor itu bisa aja dilakukan nanti?”Katanya, sambil berdiri di belakang kursiku dan mulai memijit bahuku.Kami terdiam sejenak, ia memijit bahuku lewat kemejaku. Rasanya mantap juga, tapi tali bra yang kukenakan terasa menyakitkan sedikit. Dan dia bukannya tak tahu itu, ia menyingkapkan kemeja tanpa lenganku ke bawah, sehingga kini pundakku terpampang di hadapannya.“Huh, tali ini menggangguku memamerkan keahlianku memijit!” Katanya sambil menyingkirkan tali bra ku ke samping, aku jadi merasa begitu seksi, ditelanjangi perlahan-lahan seperti ini membuat pikiranku jadi aneh-aneh.“mm.., nikmat sekali Ditt..”, Kataku sambil menikmati pijitannya yang memang nikmat dan membuatku menggeliat-geliat sedikit.Tangannya dengan mantap memijiti pundak dan leherku, membuatku merasa begitu rileks, dan terus terang saja.., terangsang. Tiap kali jemarinya yang hangat itu menyentuhku, rasanya begitu nikmat hingga aku mengerang keenakan.“mm.., mm.., aduuh, enaknyaa.., boleh juga tangan kamu, Dit!”
Cerita Sex Main Dengan Pria Baru DIkenal
Sore yang kelabu saat itu. Aku kesal setengah mati gara-gara rapat BEM di kampus yang tidak kunjung menemukan hasil. Jengkel memang aku rasakan, karena semuanya tetak kukuh dengan pendirian dan pendapatnya masing-masing. Terkadang BEM sudah seperti di Senayan saja.Aku pulang ke rumah menggunakan motor butut kesayanganku. Motor yang udah nemenin aku selama menjadi mahasiswa di kota ini. Perkenalkan aku Andriana, mahasiswa teknik semester 5 universitas negeri di kotaku. Kalo perawakan, aku terus terang sering di bilang ganteng mirip tantowi yahya. Tinggi rata-rata 170 cm, namun agak sedikit padat.Aku aktif di organisasi BEM sejak awal semester 4 ini. Aku kira enak menjadi ketua BEM. Namun ternyata tidak seenak yang aku bayangkan. Kuliahku jadi terbengkalai, ntah bagaimana hasil semester ini.
“ehh… mbak Yuni, aku tadi pingsan yah mbak. Maaf merepotkan mbak, aku emang lagi ga enak badan..”“ahh,, ga apa-apa lagi den. Emang den Andrianto kenapa?? kok bisa sampai pingsan segala??”“ga tau lah mbak, kayaknya darah tinggi ku kumat gara-gara rapat tadi.”“den Andrianto ini ada-ada saja, masa masih muda udah kena darah tinggi.”“hahah… mau gimana lagi mbak, kata dokter emang begitu. Yaudah mbak, aku mau ke atas dulu, mau mandi trus istirahat.”“jangan lupa makan den. Mbak udah masak tuh. Aden mau makan d bawah atau di atas??”“di atas aja kalo begitu mbak”Percakapan kami pun berlalu seiring dengan berjalannya aku menuju kamarku. Mbak Yuni merupakan seorang janda muda beranak satu. Anaknya di tinggal di kampung halamannya bersama dengan keluarganya. Sebenarnya dia cantik, wajahnya ayu, kulitnya putih terawat. Mungkin karena di rumah tidak terlalu banyak kerjaan dia bisa merawat tubuhnya. Yang paling menarik itu tubuhnya yang sangat-sangat proporsional. Payudaranya tetep kenceng walau udah beranak satu dan pinggulnya padet berisi. Bisa di katakan dia adalah miss pembantu, heheh.Sesampainya di kamar, aku langsung mandi. Walau ada air panas, tapi aku paling malas mandi dengan air panas, soalnya ga ada segarnya jadinya. Setelah mandi aku rebahkan diri di atas ranjang kesayanganku dengan masih mengenakan handuk. Tak lama berselang mbak Yuni datang membawa makanan dan susu coklat hangat kesukaan ku.“ini den, makanannya. Jangan lupa di makan trus minum susunya biar ga tambah sakit.”“iya mbak, makasih..” jawabku dengan senyuman.“kalo gitu mbak ke bawah dulu yah den. Kalo ada apa-apa panggil aja mbak.”“iya mbak Yuni yang bawel..”Mbak yuni pun keluar dari kamarku. Langsung saja aku ganti pakaianku dengan pakaian resmi di rumah. Yah celana boxer sama baju singglet. Makanan yang telah d antar mbak yuni pun tak lupa aku santap.Makanan habis aku pun mulai untuk istirahat. Namun mataku tetap ga bisa di bawa tidur. Ntah kenapa sejak ngeliat mbak Yuni yang tadi makai baju you can see aku selalu kepikiran dia. Biasanya dia lebih suka pakai daster ato baju kaos sama celana pendek selutut. Eh tadi dia pakai celana pendek sepaha plus baju you can see. Pokoknya mempertontonkan banget deh.Pikiranku mulai kotor, aku mulai membayangkan gimana yah kalo aku tidurin mbak Yuni. Tapi aku juga takut, ntar dia marah dan ngadu sama om dan tante. Bisa diusir aku. Namun si otong udh minta di kasih jatah dan setan pun membujuk-bujuk supaya cari akal buat bisa nidurin mbak Yuni.Tak lama lampu neon un menyala di atas kepalaku. Bagai mana kalo aku coba minta pijitin sma mbak Yuni. Kalo berhasil taktik berikutnya bisa nyusul. Emang sih cara ini cara paling kuno dalam menjebak pembantu, tapi apa salahnya di coba.Aku mulai ideku tadi. Aku turun ke lantai satu untuk mencari mbak Yuni. Aku mencari ke kamarnya, namun mbak Yuni ga ada di sana. Aku cari lagi, mungkin di toilet, tapi juga tidak ada. Malas mencari aku panggil saja dia. Eh ternyata dia lagi nonton di ruang tengah.“ada apa den?”“eh mbak Yuni di cariin ke kamarnya alah ada di ruang tengah..”“iya den, mbak lagi nonton tadi. Ada apa yah den cari mbak?”“ini mbak, badan aku capek-capek semua. Mbak bisa mijit ga?”“mbak ga bisa mijit den, ntar takut aden jadi salah urat. Aden mau di panggilin tkang urut langganannya nyonya?”“mbak aja deh mbak, ntar nunggunya lama. Lagian sekarang udah jam berapa.”“gimana yah den. Tapi kalo salah urat jangan salahin mbak loo..”“iya deh mbak. Aku tunggu di kamar yah”Langkah pertama berhasil, sekarang tinggal bagaimana membujuk nya saja. Aku langsung ke kamar. Kubuka bajuku dan langsung aku tengkurep di atas ranjang. Tak lama mbak Yuni datang dengan masih memakai pakaian yang tadi.“den Andrianto ada body lotion ga buat mijit?”“ada tuh mbak di atas meja. Ambil aja.” Kataku singkat“kalo ga enak bilang aja yah den.”Aku tidah menjawab. Mbak Yuni duduk di pinggir ranjang dan menuang body lotion ke tangannya dan mulai memijit punggungku.
Emang sih pijitannya kurang enak, tapi lumayan lah demi bisa menggoyang ranjang ini.“mbak kalo susah mijitnya dari samping, naik aja duduk di atas punggung aku mbak, ga apa-apa kok.”“ahh ga usah den. Ga enak di lihat orang.”“siapa yang bakal lihat mbak, kan di rumah ini Cuma ada kita berdua, ga bakal ada yang liat. Kalo mijitnya kaya gini kan mbak juga yang bakal susah. Ntar pinggangnya keseleo lagi.”“iya deh den. Maaf loo den.” Katanya sopan sambil beranjak naik dan duduk ke atas pinggang ku.Saat memijit mbak Yuni terus bercerita tentang pengalamannya bekerja di rumah ini selama 5 tahun terakhir. Ternyata dari ceritanya mbak Yuni emang masih muda. Umurnya baru 25 tahun. Dulu dia nikahnya umur 16 tahun trus punya anak cowok. Waktu dia umur 20 taun dia mulai kerja di sini sama tante, sampai sekarang. Aku berfikir, mungkin inilah saatnya aku mulai melencengkan pertanyaanku.“sekarang umur anak mbak udah brapa taun??”“sekarang mah udah 8 taun den, namanya Rangga.””pasti orangnya ganteng. Soalnya mamanya cantik banget.”“ah aden ni bisa aja.
Mana pula ada pembantu yang cantik den.”“serius mbak, mbak itu cantik, putih, sexy lagi. Terus terang aku suka lo sama gaya berpakaian mbak yang kaya gini. Mbak nampak lebih muda dan lebih segar.”“ihh aden pinter banget ngegombalnya.”“mbak ga percaya yah. Kalo aku belum punya tunangan, aku mau tuh jadiin mbak pacar.”“ihh udah ah den. Aden ni ada-ada aja.”Mbak Yuni terus memijit tubuh ku. Setelah bagian punggung selesai pijitannya pindah ke kaki. Kami terus bercerita dan aku terus memberi serangan agar cita-cita ku tercapai.“mbak, kok mbak ga nikah lagi? Kan mbak cantik?”“ga ah den, belum saatnya rasanya. Mbak mau fokos buat ngebesari anak mbak dulu. Mbak mau ngumpulin duit dulu, biar nanti dia ga kaya orang tuanya.
Mbak mau dia nanti kuliah kaya den Andrianto trus jadi orang gede biar bisa ngebehagiain orang tuanya.””trus misalnya kalo mbak lagi kepengan gimana mbak?”“kepengen apa yah den?”“iya, kepengen itu. Biasanya kalo orang udah berkeluarga dan udah punya anak kan ketagihan buat gituan. Emang mbak ga kepengen lagi gituan?”“ya kepengen lah den. Tapi mau gimana lagi. Ya terpaksa harus di tahan-tahan aja.”“kasian yah mbak. Harus tersiksa gini. Tapi kalo mbak emang kepengen aku mau lo bantuin mbak.”“ihh aden nih. Kan ga boleh den. Ntar ketauan orang bisa brabe. Ehh aden kakinya udah selesai mbak pijit nih.”“ya ga apa-apa lah mbak, daripada tersiksa. Bagian depan juga dong mbak, masa bagian belakangnya doang.”Mbak Yuni tampak berfikir karena ucapan ku tadi. Aku berbalik menelentang, terus terang aku lumayan terbawa karena pembicaraan kai tadi, batangku pun mulai berdiri, tercetak jelas dari boxer yang aku pakai. Dan sempat aku melihat mbak Yuni beberapa kali melihat ke arah selangkangan ku.Sebenarnya ukuran batangku pun tidak begitu panjang, hanya rata-rata orang Indonesia, namun diameternya emang agak besar sekitar 5 cm. Dan saat ini si otong sudah agak ngeceng.Mbak Yuni mulai memijit bagian dadaku, dia memijit dari arah samping. Dan dari sini aku dapat melihat wajah cantiknya dan belahan dada montoknya. Selain itu tanganku juga bergesekan teru dengan paha mulusnya.“tuhkan mbak masih cantik banget.”“aden mulai lagi kan. Jangan gitu dong den, mbak kan jadi malu.”“aku serius lo mbak. Sexy lagi, pasti bakal beruntung orang yang dapat mbak sebagai istrinya nanti.”Mbak Yuni hanya tersenyum-senyum dengan pujian ku.
Dia terus saja memijit dada ku hingga puting kupun menegang. Mungkin dia suka dengan dadaku yang memang bidang karena aku sering angkat beban di tempat aku biasa fitnes.“mbak, masa mijit dada aku terus. Pijit yang lain dong.” Kataku protes.“maaf den, keasikan ngobrol sampai lupa deh.”“ngomong-ngomong ga susah mbak pijit dari situ?”“iya sih den. Tapi mau gimana lagi. Ntar adeknya aden kedudukin lagi sama mbak.”“ahh ga apa-apa mbak. Dudukin aja.”“ga usah lah den, mbak jadi ga enak ntar.”“enak kok mbak, dudukin aja” memaksaMbak Yuni pun pindah duduk ke atas paha ku. Kira-kira pas antara adek ku dengan selangkangannya. Muka mbak Yuni memerah mungkin merasa malu dengan keaadan kami saat ini. Dengan begini payudara mbak Yuni makin terlihat jelas sangat kontras dengan baju hitam yang dia pakai. Lama kelamaan si otong malah semakin bangun. Aku yakin mbak Yuni merasakannya karena dia tepat mendudukinya.Tanganku mulai nakal mengelus-elus pahanya mbak Yuni. Namun tidak ada penolakan dari mbak Yuni dan tampaknya mbak Yuni juga menikmati elusanku di pahanya. Tidak hanya itu aku mulai menggoyang-goyangkan badanku sedikit demi sedikit, sehingga otongku dapat bergesekan dengan nonanya mbak Yuni, walau masih terlapisi oleh celana kami. Tapi lumayan lah untuk memancing-mancing mbak Yuni.Wajahnya semakin memerah, nafasnya mulai memburu. Aku dapat merasakan nafasnya semakin cepat. Aku tingkatkan lagi serangan ku. Tangan ku kupindahkan ke pantatnya dan sedikit aku elus-elus. Selain itu goyangan tubuhku semakin aku perkencang. Namun yang terjadi karena goyangan itu, tangannya yang saat itu memijat bahuku malah terpeleset. Dia terjatuh di dada ku. Dan yang lebih ajaib lagi bibirnya mbak Yuni pas mendarat di bibir ku.“maaf den, mbak kepeleset tangannya.” Mukanya merah padam.“ga apa-apa kok mbak. Kalo minta tambah boleh ga mbak?” pancingan ku.“tambah apa den?”“tambah ciumannya. Heheh” aku cengengesan.
Main Dengan Pembantu Yang Bahenol October 7, 2021
Placeholder
Main Dengan Pembantu Yang Bahenol Sore yang kelabu saat itu. Aku kesal setengah mati gara-gara rapat BEM di kampus yang tidak kunjung menemukan hasil. Jengkel memang aku rasakan, karena semuanya tetak kukuh dengan pendirian dan pendapatnya masing-masing. Terkadang BEM sudah seperti di Senayan saja.Aku pulang ke rumah menggunakan motor butut kesayanganku. Motor yang udah nemenin aku selama menjadi mahasiswa di kota ini. Perkenalkan aku Andriana, mahasiswa teknik semester 5 universitas negeri di kotaku. Kalo perawakan, aku terus terang sering di bilang ganteng mirip tantowi yahya. Tinggi rata-rata 170 cm, namun agak sedikit padat.Aku aktif di organisasi BEM sejak awal semester 4 ini. Aku kira enak menjadi ketua BEM. Namun ternyata tidak seenak yang aku bayangkan. Kuliahku jadi terbengkalai, ntah bagaimana hasil semester ini.
Placeholder
Kita langsung mulai saja ceritanya. Cerita ini adalah cerita yang menurutku serba kebetulan. Aku pun ga nyangka semua ini akan terjadi.Sepulang rapat BEM aku langsung pulang ke rumahku. Rumah tanteku lebih tepatnya. Aku tinggal di sana karena tidak ada yang menghuni rumah itu. Tante dan keluarganya telah pindah ke Amerika mengikuti om yang bekerja sebagai seorang supervisor di salah satu perusahaan tambang emas terbesar di dunia. Rumahnya sangat besar, aku tinggal disini bersama dengan seorang pembantu wanitanya tante yang bertanggung jawab membersihkan rumah tersebut.Sampai di rumah perasaanku emang sudah serba uring-uringan. Rasanya darah tinggiku kumat. Pusing memang, pandanganku kabur sampai aku pingsan di bawah tangga menuju lantai 2 dimana kamarku berada.Ntah berapa lama aku tidak sadarkan diri. Yang aku tau waktu aku sadar aku berada di atas sofa ruang keluarga didampingi mbak Yuni.“den Andrianto udah sadar..” suara mbak Yuni memecah kebuyaranku.
Placeholder
“ehh… mbak Yuni, aku tadi pingsan yah mbak. Maaf merepotkan mbak, aku emang lagi ga enak badan..”“ahh,, ga apa-apa lagi den. Emang den Andrianto kenapa?? kok bisa sampai pingsan segala??”“ga tau lah mbak, kayaknya darah tinggi ku kumat gara-gara rapat tadi.”“den Andrianto ini ada-ada saja, masa masih muda udah kena darah tinggi.”“hahah… mau gimana lagi mbak, kata dokter emang begitu. Yaudah mbak, aku mau ke atas dulu, mau mandi trus istirahat.”“jangan lupa makan den. Mbak udah masak tuh. Aden mau makan d bawah atau di atas??”“di atas aja kalo begitu mbak”Percakapan kami pun berlalu seiring dengan berjalannya aku menuju kamarku. Mbak Yuni merupakan seorang janda muda beranak satu. Anaknya di tinggal di kampung halamannya bersama dengan keluarganya. Sebenarnya dia cantik, wajahnya ayu, kulitnya putih terawat. Mungkin karena di rumah tidak terlalu banyak kerjaan dia bisa merawat tubuhnya. Yang paling menarik itu tubuhnya yang sangat-sangat proporsional. Payudaranya tetep kenceng walau udah beranak satu dan pinggulnya padet berisi. Bisa di katakan dia adalah miss pembantu, heheh.Sesampainya di kamar, aku langsung mandi. Walau ada air panas, tapi aku paling malas mandi dengan air panas, soalnya ga ada segarnya jadinya. Setelah mandi aku rebahkan diri di atas ranjang kesayanganku dengan masih mengenakan handuk. Tak lama berselang mbak Yuni datang membawa makanan dan susu coklat hangat kesukaan ku.“ini den, makanannya. Jangan lupa di makan trus minum susunya biar ga tambah sakit.”“iya mbak, makasih..” jawabku dengan senyuman.“kalo gitu mbak ke bawah dulu yah den. Kalo ada apa-apa panggil aja mbak.”“iya mbak Yuni yang bawel..”Mbak yuni pun keluar dari kamarku. Langsung saja aku ganti pakaianku dengan pakaian resmi di rumah. Yah celana boxer sama baju singglet. Makanan yang telah d antar mbak yuni pun tak lupa aku santap.Makanan habis aku pun mulai untuk istirahat. Namun mataku tetap ga bisa di bawa tidur. Ntah kenapa sejak ngeliat mbak Yuni yang tadi makai baju you can see aku selalu kepikiran dia. Biasanya dia lebih suka pakai daster ato baju kaos sama celana pendek selutut. Eh tadi dia pakai celana pendek sepaha plus baju you can see. Pokoknya mempertontonkan banget deh.Pikiranku mulai kotor, aku mulai membayangkan gimana yah kalo aku tidurin mbak Yuni. Tapi aku juga takut, ntar dia marah dan ngadu sama om dan tante. Bisa diusir aku. Namun si otong udh minta di kasih jatah dan setan pun membujuk-bujuk supaya cari akal buat bisa nidurin mbak Yuni.Tak lama lampu neon un menyala di atas kepalaku. Bagai mana kalo aku coba minta pijitin sma mbak Yuni. Kalo berhasil taktik berikutnya bisa nyusul. Emang sih cara ini cara paling kuno dalam menjebak pembantu, tapi apa salahnya di coba.Aku mulai ideku tadi. Aku turun ke lantai satu untuk mencari mbak Yuni. Aku mencari ke kamarnya, namun mbak Yuni ga ada di sana. Aku cari lagi, mungkin di toilet, tapi juga tidak ada. Malas mencari aku panggil saja dia. Eh ternyata dia lagi nonton di ruang tengah.“ada apa den?”“eh mbak Yuni di cariin ke kamarnya alah ada di ruang tengah..”“iya den, mbak lagi nonton tadi. Ada apa yah den cari mbak?”“ini mbak, badan aku capek-capek semua. Mbak bisa mijit ga?”“mbak ga bisa mijit den, ntar takut aden jadi salah urat. Aden mau di panggilin tkang urut langganannya nyonya?”“mbak aja deh mbak, ntar nunggunya lama. Lagian sekarang udah jam berapa.”“gimana yah den. Tapi kalo salah urat jangan salahin mbak loo..”“iya deh mbak. Aku tunggu di kamar yah”Langkah pertama berhasil, sekarang tinggal bagaimana membujuk nya saja. Aku langsung ke kamar. Kubuka bajuku dan langsung aku tengkurep di atas ranjang. Tak lama mbak Yuni datang dengan masih memakai pakaian yang tadi.“den Andrianto ada body lotion ga buat mijit?”“ada tuh mbak di atas meja. Ambil aja.” Kataku singkat“kalo ga enak bilang aja yah den.”Aku tidah menjawab. Mbak Yuni duduk di pinggir ranjang dan menuang body lotion ke tangannya dan mulai memijit punggungku. Emang sih pijitannya kurang enak, tapi lumayan lah demi bisa menggoyang ranjang ini.“mbak kalo susah mijitnya dari samping, naik aja duduk di atas punggung aku mbak, ga apa-apa kok.”“ahh ga usah den. Ga enak di lihat orang.”“siapa yang bakal lihat mbak, kan di rumah ini Cuma ada kita berdua, ga bakal ada yang liat. Kalo mijitnya kaya gini kan mbak juga yang bakal susah. Ntar pinggangnya keseleo lagi.”“iya deh den. Maaf loo den.” Katanya sopan sambil beranjak naik dan duduk ke atas pinggang ku.Saat memijit mbak Yuni terus bercerita tentang pengalamannya bekerja di rumah ini selama 5 tahun terakhir. Ternyata dari ceritanya mbak Yuni emang masih muda. Umurnya baru 25 tahun. Dulu dia nikahnya umur 16 tahun trus punya anak cowok. Waktu dia umur 20 taun dia mulai kerja di sini sama tante, sampai sekarang. Aku berfikir, mungkin inilah saatnya aku mulai melencengkan pertanyaanku.“sekarang umur anak mbak udah brapa taun??”“sekarang mah udah 8 taun den, namanya Rangga.””pasti orangnya ganteng. Soalnya mamanya cantik banget.”“ah aden ni bisa aja. Mana pula ada pembantu yang cantik den.”“serius mbak, mbak itu cantik, putih, sexy lagi. Terus terang aku suka lo sama gaya berpakaian mbak yang kaya gini. Mbak nampak lebih muda dan lebih segar.”“ihh aden pinter banget ngegombalnya.”“mbak ga percaya yah. Kalo aku belum punya tunangan, aku mau tuh jadiin mbak pacar.”“ihh udah ah den. Aden ni ada-ada aja.”Mbak Yuni terus memijit tubuh ku. Setelah bagian punggung selesai pijitannya pindah ke kaki. Kami terus bercerita dan aku terus memberi serangan agar cita-cita ku tercapai.“mbak, kok mbak ga nikah lagi? Kan mbak cantik?”“ga ah den, belum saatnya rasanya. Mbak mau fokos buat ngebesari anak mbak dulu. Mbak mau ngumpulin duit dulu, biar nanti dia ga kaya orang tuanya. Mbak mau dia nanti kuliah kaya den Andrianto trus jadi orang gede biar bisa ngebehagiain orang tuanya.””trus misalnya kalo mbak lagi kepengan gimana mbak?”“kepengen apa yah den?”“iya, kepengen itu. Biasanya kalo orang udah berkeluarga dan udah punya anak kan ketagihan buat gituan. Emang mbak ga kepengen lagi gituan?”“ya kepengen lah den. Tapi mau gimana lagi. Ya terpaksa harus di tahan-tahan aja.”“kasian yah mbak. Harus tersiksa gini. Tapi kalo mbak emang kepengen aku mau lo bantuin mbak.”“ihh aden nih. Kan ga boleh den. Ntar ketauan orang bisa brabe. Ehh aden kakinya udah selesai mbak pijit nih.”“ya ga apa-apa lah mbak, daripada tersiksa. Bagian depan juga dong mbak, masa bagian belakangnya doang.”Mbak Yuni tampak berfikir karena ucapan ku tadi. Aku berbalik menelentang, terus terang aku lumayan terbawa karena pembicaraan kai tadi, batangku pun mulai berdiri, tercetak jelas dari boxer yang aku pakai. Dan sempat aku melihat mbak Yuni beberapa kali melihat ke arah selangkangan ku.Sebenarnya ukuran batangku pun tidak begitu panjang, hanya rata-rata orang Indonesia, namun diameternya emang agak besar sekitar 5 cm. Dan saat ini si otong sudah agak ngeceng.Mbak Yuni mulai memijit bagian dadaku, dia memijit dari arah samping. Dan dari sini aku dapat melihat wajah cantiknya dan belahan dada montoknya. Selain itu tanganku juga bergesekan teru dengan paha mulusnya.“tuhkan mbak masih cantik banget.”“aden mulai lagi kan. Jangan gitu dong den, mbak kan jadi malu.”“aku serius lo mbak. Sexy lagi, pasti bakal beruntung orang yang dapat mbak sebagai istrinya nanti.”Mbak Yuni hanya tersenyum-senyum dengan pujian ku. Dia terus saja memijit dada ku hingga puting kupun menegang. Mungkin dia suka dengan dadaku yang memang bidang karena aku sering angkat beban di tempat aku biasa fitnes.“mbak, masa mijit dada aku terus. Pijit yang lain dong.” Kataku protes.“maaf den, keasikan ngobrol sampai lupa deh.”“ngomong-ngomong ga susah mbak pijit dari situ?”“iya sih den. Tapi mau gimana lagi. Ntar adeknya aden kedudukin lagi sama mbak.”“ahh ga apa-apa mbak. Dudukin aja.”“ga usah lah den, mbak jadi ga enak ntar.”“enak kok mbak, dudukin aja” memaksaMbak Yuni pun pindah duduk ke atas paha ku. Kira-kira pas antara adek ku dengan selangkangannya. Muka mbak Yuni memerah mungkin merasa malu dengan keaadan kami saat ini. Dengan begini payudara mbak Yuni makin terlihat jelas sangat kontras dengan baju hitam yang dia pakai. Lama kelamaan si otong malah semakin bangun. Aku yakin mbak Yuni merasakannya karena dia tepat mendudukinya.Tanganku mulai nakal mengelus-elus pahanya mbak Yuni. Namun tidak ada penolakan dari mbak Yuni dan tampaknya mbak Yuni juga menikmati elusanku di pahanya. Tidak hanya itu aku mulai menggoyang-goyangkan badanku sedikit demi sedikit, sehingga otongku dapat bergesekan dengan nonanya mbak Yuni, walau masih terlapisi oleh celana kami. Tapi lumayan lah untuk memancing-mancing mbak Yuni.Wajahnya semakin memerah, nafasnya mulai memburu. Aku dapat merasakan nafasnya semakin cepat. Aku tingkatkan lagi serangan ku. Tangan ku kupindahkan ke pantatnya dan sedikit aku elus-elus. Selain itu goyangan tubuhku semakin aku perkencang. Namun yang terjadi karena goyangan itu, tangannya yang saat itu memijat bahuku malah terpeleset. Dia terjatuh di dada ku. Dan yang lebih ajaib lagi bibirnya mbak Yuni pas mendarat di bibir ku.“maaf den, mbak kepeleset tangannya.” Mukanya merah padam.“ga apa-apa kok mbak. Kalo minta tambah boleh ga mbak?” pancingan ku.“tambah apa den?”“tambah ciumannya. Heheh” aku cengengesan.Main Dengan Pembantu Yang Bahenol “tuhkan aden tambah nakal. Udah dari tadi tangannya kemana-mana. Sekarang malah minta cium. Ntar mbak aduin sama nyonya lo.”“jangan dong mbak. Maaf deh, aku Cuma kebawa aja. Tapi mbak suka kan?” jawabku memancing lagi.Mbak Yuni tidak menjawab pertanyaan ku. Walau begitu dia tetap berada di atas ku. Dengan nafas yang masih memburu menikmati goyangan yang aku berikan kepadanya.Mbak Yuni tidak melakukan apa-apa. Dia tetap duduk di atasku dan tangannya tenang menopang badannya di dadaku. Matanya merem, seperti menikmati sesuatu. Goyangan semakin kupercepat. Al hasil mbak Yuni mendesah.Aku bersorak dalam hatiku. Aku berhasil memancing mbak yuni untuk masuk ke jebakan ku. Kembali ku mainkan tangan ku. Tanganku kembali ke pantatnya mbak Yun dan meremas-remas pantatnya sambil terus menggoyang-goyang. Dia tidak lagi protes dengan apa yang aku lakukan. Dia malah semakin menikmati.“gimana mbak? Enak ga mbak?”Mbak Yuni hanya mengangguk, matanya sayu menandakan dia sangat menikmati goyangan ku.“mau yang lebih enak ga mbak?”“apa den.?” Jawabnya tersenggal.“kita main yuk mbak, aku juga ga tahan nih.”“jangan den, ntar ketahuan orang. Kaya gini aja udah cukup den.”“ga bakal ada orang yang tau selain kalo mbak yang bilang kepada orang lain mbak.”“tapi mbak takut hamil den. Trus mbak juga takut kalo ntar aden ngadu sama nyonya.”“mbak percaya deh sama aku. Aku ga bakal bilang sama siapa-siapa asal mbak juga gitu.” Jawabku sambil membalikkan badan. Sekarang aku berada di atas menindih mbak Yuni sambil terus menggoyang selangkangannya mbak Yuni.Mbak Yuni menikmati banget apa yang aku lakukan terhadapnya. Dia tampaknya sudah setuju dengan apa yang aku ingin kan.Melihat lampu hijau telah menyala. Tangan ku mulai menggerayangi tubuh mbak Yuni. Bibirku langsung menyambar bibir mbak Yuni dan mbak Yuni pun menanggapi ciuman ku. Tangan ku mulai mendaki gunung indah yang dari dulu menjadi impian ku. Aku remas kedua gunung identik itu terasa banget kalo mbak Yuni ga pake BH di dalamnya. Soalnya putting susu mbak Yuni terasa keras dan mencetak keluar. Ternyata mbak Yuni punya putting yang kecil sehingga dari tadi aku ga sadar kalo mbak Yuni ga pake BH.Serangan terus ku lakukan. Leher dan belakang telinganya ku cium dan ku jilat. Mbak Yuni menggeliat pertanda nafsunya sangat menggebu-gebu. Tangan kupun telah masuk kedalam baju you can see yang di pakai mbak yuni. Kenyal sekali memang. Si otong berada di puncak akibatnya. Dan pastinya semakin terasa sama mbak Yuni.Cairan beningpun sudah keluar dari ujung penis ku bahkan telah tembus sampai keluar celana boxer yang aku pakai. Tapi mak Yuni lebih parah. Celananya telah basah akibat gesekan yang aku berikan, membuat aku tambah bersemangat menggempur mbak Yuni.“mbak, bajunya aku buka yah, biar tambah enak.”Mbak Yuni hanya mengangguk menjawab pertanyaan yang aku berikan. Tak menunggu waktu lama baju mbak Yuni telah terlempar ntah kemana. Remasanku semakin kuat, mbak Yuni semakin menggeracau dan mendesah tak karuan hanya kata kata“ahhh.. sssshhh… dan terus den” yang aku dengar dari tadi.Kedua putting kecil itu pun tak lupa aku jilat dan aku hisap. Sangat nikmat rasanya. Meremas sambil menghisap susu besar seperti ini. Tak lupa aku tinggalkan dua tanda cupangan di kedua susunya mbak Yuni. Tanda aku telah pernah menidurinya. Dan tanda yang selalu aku berikan kepada semua payudara yang telah pernah aku hisap.Cerita Sex DewasaGempuran kembali aku tambah. Tanganku turun menuju selangkangan mbak Yuni dan menggosok-gosoknya. Merasa kurang nyaman, aku pelorotkan celana beserta celana dalamnya sehingga sekarang mbak Yuni bugil total. Alangkah terkesimanya aku melihat ternyata mbak Yuni mencukur habis semua bulu kemaluannya. Vaginyanya tampak bersih dan mengkilat karena lendir yang dia keluarkan.Kembali aku gesekkan tanganku ke bibir vaginanya. Klitorisnyapun tampak membengkak karena nafsunya yang menggebu. Cairan beningpun tampak banjir keluar dari lobang surganya mbak Yuni. Ku jilat vaginanya mbak Yuni. Namun mbak Yuni menolaknya. Dia langsung menutup vagina mulus yang dia punya.“jorok atuh den. Masa tempat kencing aden jilat.”“ga apa-apa mbak. Mbak nikmati aja. Pasti rasanya enak banget.” Jawabu meyakinkannya.Ku angkat tangan mbak Yuni dari vaginanya dan langsung ku sergap. Mbak Yuni tambah menggeracau ga karuan“enak den.. aden bener,.. enak banget… terus den.. hisap yang,.. keras” ucapnya tak karuan. Terus aku jilat dan aku hisap lobang surganya.Jari tengah ku pun aku masukkan ke dalam lubang vagina nya membuat caian didalamnya meluber keluar. Kelihatannya mbak Yuni emang udah lama ga di sentuh sama lelaki. Nafsunya sampai sebegini banget , fikirku.Tak lama aku menjilat vaginanya mbak Yuni, mbak Yuni mendapatkan orgasmenya yang pertama. Orgasme yang sangat dasyat, sampai sampai muncrat keluar. Langsung saja aku hisap semua cairan kental yang keluar tanpa ada sisa. Lumayan lama mbak Yuni menegang karena orgasmenya. Dia tampak kelelahan karena orgasme pertamanya.“gimana mbak?? Capek yah mbak??”“iya den. Mbak jadi lemes gini. Tapi enak banget den. Mbak aden apain tadi sampai mbak kenikmatan gini.. rasanya mbak kaya terbang gitu den” nafasnya tersenggal.“ga di apa-apain kok mbak. Sekarang mbak istirahat dulu.. ntar aku kasih yang lebih nikmat.”Mbak Yuni pun ketiduran di kamarku tanpa busana. Spray tempat tidurku basah karena cairannya mbak Yuni. Aku biarkan mbak Yuni istirahat biar nanti mbak Yuni bisa fresh lagi.Akupun tidur di sebelah mbak Yuni sambil memeluk nya.Aku ketiduran lama, dan terbangun pukul 10 pagi. Untung hari itu aku ga ada jadwal kuliah jadi aku bisa seharian di rumah.Saat itu mbak Yuni masih tertidur, sepertinya dia benar-benar keletihan semalam.“mbak.. mbak.. keletihannya sampai ketiduran sampai jam segini.”Aku bangunkan mbak Yuni dengan meremas-remas dadanya. Namuan dia masih saja tidur. Dasar mbak Yuni. Tidurnya kaya orang mati kataku dalam hati. Aku cium bibirnya pun dia msih belum juga bangun, malahan adekku yang bangun karena ngebangunin mbak Yuni. Mungkin karena semalam aku belum ngeluarin stok sperma yang udah seminggu aku simpan karena ga berhubungan dengan pacar ku.Vaginanya pun kembali aku gosok-gosok dengan tangan ku. Tapi mbak Yuni tetap tidak bangun, namun lama-lama aku gesek vaginanya menjadi lembab dan basah. Nafasnya pun kembali memburu. Melihat kejadiannya begini, langsung saja aku buka celanaku beserta CD yang aku pakai, keluarlah si otong dari sarangnya dengan tegap minta sarapan pagi.Mbak Yuni yang sedang tidur ini akan langsung aku genjot buat ngebanguninnya. Aku buka lebar-lebar selangkangannya dan kembali aku jilat biar lendirnya tambah banyak dan ga susah buat coblos lobangnya mbak Yuni.Setelah 15 menit aku jilat, aku langsung mengambil posisi dan mengancang-ancang kuda-kuda buat menikmati vaginanya mbak Yuni. “dengan masuknya si otong kedalam vaginanya Mbak Yuni, maka aku akan berhasil menjalankan taktik kuno ini” kataku. Si otong aku gesek-gesekkan ke vaginanya mbak Yuni biar ada pelicinnya.Tak lama aku masukkan kontolku pelan-pelan, agak susah memang, mungkin karena mbak Yuni udah lama ga di entot ato karena emang batangku yang kegedean buat vaginanya mbak Yuni. Setelah berusaha menekan akhirnya kepala kontolku pun masuk kedalam vaginanya mbak Yuni. Namun dia masih saja belum bangun. Aku tekan keras kontolku ke dalam vaginanya mbak Yuni sampai mentok dan mbak Yuni pun terbelalak merasakannya. “aden Andri.. Sakit den.. kok adeng ga ngomong-ngomong mau masukin kontolnya?”“mbak sih, susah banget bangunnya. Udah dari tadi aku bangunin tapi masih belum bangun. Ya langsung aja aku masukin, udah ga tahan sih..” jawab ku cengengesan.Aku mulai mengocok kontolku yang ada di dalam vaginanya mbak Yuni. Dia terlihat masih meringis karena perih yang dirasakannya, namun lama kelamaan ringisannya berubah menjadi desahan kenikmatan. Bahkan kata-kata kotor mulai keluar dari mulutnya. Tapi kata-kata kotor yang keluar makin membuat aku bernafsu menikmati tubuhnya mbak Yuni dan semakin kencang pula aku menusuk vaginanya mbak Yuni.Tak lama memakai gaya standar mbak Yuni meminta kami ganti posisi. Dia meminta berganti menjadi doggy style. Aku kembali menggoyang mbak Yuni dari belakang.“enak kaya gini den. Lebih kerasa. Tapi kok kontol aden gede banget sampai rasanyanya ga muat di memeknya mbak”“yang penting enak kan mbak sayang” jawabku sambil terus menggoyang kontolku di memek mbak Yuni. Desahan dan erangan nikmat tak henti-hentinya keluar dari mulut mbak Yuni, membuat suasana menjadi semakin panas.Lima menit bersama doggy style, mbak yuni semakin liar. Kelihatannya dia akan mengalami orgasmenya. Aku yang merasakan kontraksi otot vagina mbak Yuni semakin cepat, terus memompa semakin cepat sampai akhirnya tubuh mbak Yuni kejang menandakan puncak kenikmatannya telah datang. Batang kontolku terasa di siram dan di remas kuat oleh cairan dan dinding vagina mbak Yuni.“ahh… nikmat banget den.. Aden hebat banget nunggangi mbak Yuni.”“heheh.. emang kuda di tunggangi mbak?” Jawabku bercanda melonggarkan ayunanku.Sebenarnya aku juga hampir mengalami klimaks saat mbak Yuni orgasme tadi. Namun karena mbak Yuni sempat minta berhenti, sehingga semprotan sperma ku pun tertunda. Beberapa saat mbak Yuni mengambil nafas. Kemudian dia meminta aku berbalik dan segera naik ke pangkuan ku. Kontolku yang masih ereksi dimasukkannya kedalam lobang surganya. Gampang saja, lobang yang telah basah itu langsung terisi oleh kontolkuGoyangan pinggul mbak Yuni mulai mengocok kontolku yang minta di keluarkan laharnya. Lambat dan lemah, tapi pasti koyangan itu di lakukannya. Memberi kenikmatan yang berbeda. Semakin lama goyangannya semakin cepat. Terkadang naik turun, atau berputar putar. Sepertinya mbak Yuni sangat mahir dalam gaya woman on top ini.Aku tidak hanya menerima kenikmatan yang diberikan mbak Yuni. Tangan nakalku langsung ku letakkan di payudara mbak Yuni dan tak hanya diam. Remasan dan cubitan ku berikan untuk menambah kenikmatan permainan kami ini. Sesekali aku sempatkan menghisap putting tegang yang terpampang di depan ku dan tidak jarang aku gigit kecil putting itu.“Den,, enak gigitannya den. Ahhh… “ kata yang keluar dari mulutnya. Aku teruskan kerjaan ku. Cupanganku pun telah meraja lela di susunya mbak Yuni.Goyangan mbak yuni tampaknya berhasil membobol pertahanan ku. Rasanya tidak lama lagi spermaku akan muncrat dari ujung senapan ku.“mbak,.. akk.. akku udah ma.. mau keluar nih mbak.. shshhh.”“keluarin di dalam aja denhh… mbak kayaknya juga udah ga lama lagi..”Mendengar itu ku balikkan tubuh mbak Yuni dan langsung ku pompa keras memek nikmat tersebut.“ahhh… aku keluar mbaaaakkk” teriak ku mengiringi semprotan deras sperma ku di dalam memek mbak Yuni. Dan ternyata semprotanku pun disambut oleh orgasme mbak Yuni yang kesekian kalinya.Tubuhku langsung melemas menindih tubuh mbak Yuni. Kami terdiam sejenak. Nafas kami tersenggal tak beraturan. Kontolkupun semakin lama semakin melemas dan mengecil di dalam memeknya mbak Yuni. Ku cabut kontolku dan aku beranjak berbaring di sebelah mbak Yuni.“makasi yah mbak. Mbak udah mau ngelayani aku.”“sama-sama den. Mbak juga udah lama kepengen ngentot yang kaya gini. Tapi kok aden mau main sama pembantu kaya mbak. Kan aden sendiri punya pacar.”“ya ga apa-apa mbak. Emang ga boleh yah seorang majikan main sama pembantunya.?”“ya ga apa-apa sih den.” Jawabnya singkat.“ehh mbak. Ga apa-apa tuh aku nyemprotin sperma aku di dalam memeknya mbak.”“ndak apa-apa den. Ntar mbak minum jamu biar ga hamil.” Katanya sambil tersenyum.Kami terdiam. Dan tak terasa kami kembali ketiduran sampai pukul tiga sore. Ketika aku bangun mbak Yuni sudah tidak ada di sampingku lagi. Mungkin sudah kembali ke kamarnya. Segera aku bangkit dan mandi membasuh keringat dan sperma kering yang menempel di batang kontolku.Setelah mandi, aku langsung kebawah mencari mbak Yuni. Ku temui dia sedang masak makan siang di dapur. Saat itu dia memakai baju kaos dengan stelan celana pendek ¾ . Lagi asik tampaknya sehingga tidak menyadari kehadiran ku. Tubuh indah mbak Yuni langsung ku peluk dari belakang mengagetkannya.“udah bangun toh den..”“udah sayang.. mbak, jangan panggi aku aden lagi yah. Kalo ada tante sama keluarganya aja panggil aden.”“trus panggil apa dong den?”“terserah kamu aja sayang.” Kataku mengecup pipinya.“iya deh sayang.” Jawabnya“sayang, aku boleh minta sesuatu ga?”“minta apa den.. eh sayang?”“kalo Cuma aku di rumah, kamu jangan pake baju yang kaya gini yah.”“trus baju apa dong?”“maunya sih telanjang aja. Gimana sayang.. mau yah?”“kok gitu sayang.?”“ya biar kalo aku lagi pengen, aku bisa masukin di mana aja.” Jawabku cengengesan.“tapi kamu juga harus gitu. Baru aku mau.”“OK” jawabku singkat.Langsung ku telanjangi mbak Yuni saat itu juga. Begitu juga dengan aku. Kami sudah seperti kaum nudis saja di dalam rumah ini.Sejak saat itu, kami sudah seperti suami dan istri. Mbak Yuni pun aku suruh pindah tidur ke kamarku. Tentu saja kalau tidak ada om dan tante. Dan selama kami berdua di rumah, kami selalu telanjang ria. Dan kami juga melakukan hubungan dimana saja kami suka.Di kamar, dapur, kamar mandi, ruang tamu, bahkan di kolam renang belang rumah. Kami selaku melakukannya tanpa kondom. Sempat sih mbak Yuni hamil. Namun dia menggugur kannya dan sejak saat itu dia rajin mengkonsumsi pil KB.Cerita sex : Main Dengan Langganan Tempat Cuci MobilKami pun terus melakukannya sampai aku tamat sekarang. Walaupun kini aku telah menyelesaikan kulah ku dan bekerja di luar kota aku masih menyempatkan waktu bersenggama dengannya .